Saturday 26 July 2014

Syawal Menjelma

Tangan dihulur maaf
dipinta,
Erat hubungan sesama
kita,
Semoga gembira di hari
yang mulia ini,
Salah dan silap harap
dimaaf,
Selamat Hari Raya
Aidilfitri,
Maaf Zahir dan Batin.

Monday 14 July 2014

Masalah- masalah dalam belajar dan cara mengatasinya

Setiap anak memiliki perbedaan dan ciri khusus antara yang satu dengan yang lain. Secara fisik, perbedaan
setiap anak dapat dilihat secara kasat mata. Namun perbedaan pola berpikir, cara – cara merespon atau mempelajari sesuatu yang baru sangat sulit kita
ketahui perbedaannya jika kita tidak memperhatikan secara seksama, atau setidaknya lebih sering memperhatikan sikap atau tingkah laku mereka sehari -
hari.
Dalam belajar, setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran. Maka dari itu dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode
untuk memenuhi tuntutan perbedaan individual tersebut.
Dalam kehidupan sehari – hari, sering kita lihat para orang tua yang melakukan berbagai cara untuk membuat anaknya menjadi berprestasi. Dari
menyekolahkan anaknya ke sekolah favorit, hingga mengikutkannya ke berbagai kursus maupun les privat yang terkadang menyita waktu bermain atau
bersoaialisasi dengan teman – teman sebayanya. Namun usaha – usaha tersebut seringkali belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan, bahkan tidak
jarang justru menimbulkan masalah baru bagi anaknya.
Nah, jika demikian, apa yang sebenarnya terjadi ? Mengapa anak – anak tidak kunjung berprestasi ?
Jika boleh saya menjawab, menurut pengamatan dan pengalaman saya dalam mengajar selama ini, salah satu faktor penyebabnya adalah ketidaksesuaian
cara belajar yang dimiliki oleh anak dengan metode belajar yang diterapkan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya, termasuk dalam mengikuti kursus
atau les privat. Yang dimaksud cara belajar disini adalah kombinasi cara individu menyerap, mengatur, dan mengelola informasi.
Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola, dan menyampaikan informasi, maka cara belajar dapat dikelompokkan ke dalam
tiga gaya belajar, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Dan masing – masing gaya belajar ini memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Pada
tulisan saya mengenai gaya belajar, telah saya singgung ciri – ciri ketiga gaya belajar di atas.
Adanya pengkategorian ini bukan berarti bahwa anak atau individu hanya memiliki satu karakteristik cara belajar tertentu saja melainkan memiliki ketiganya,
hanya saja lebih cenderung pada salah satu di antara tiga gaya belajar tersebut. Kecenderungan inilah yang menyebabkan anak yang bersangkutan jika
memperoleh rangsangan yang sesuai dalam belajar akan cenderung lebih menyerapnya.
Dengan memperhatikan gaya belajar yang paling menonjol pada anak, siswa ataupun individu, maka diharapkan para orangtua dan guru dapat
menyelenggarakan proses pembelajaran secara arif, bijaksana, dan tepat. Dan bagi para siswa yang mengalami kesulitan belajar, cobalah untuk mulai
merenungkan dan mengingat – ingat kembali apa gaya belajar yang dirasakan paling efektif, atau paling nyaman.
Penyebab Timbulnya Masalah Kesulitan Belajar
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli yang menaruh perhatian pada masalah kesulitan belajar, ditemukan faktor penyebabnya yaitu :
a.     Faktor Keturunan
Berdasarkan penelitian Hallgren, apabila ada salah satu anggota keluarga yang mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja itu disebabkan
karena faktor keturunan. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Hermann yang mempelajari dan membandingkan anak kembar yang berasal dari satu sel telur
dengan anak kembar yang berasal dari dua sel telur. Ternyata anak kembar yang berasal dari satu sel lebih mempunyai kesamaan kesulitan membaca
daripada anak kembar yang berasal dari dua sel.

b.     Gangguan Fungsi Otak
Ada pendapat yang menyatakan bahwa anak yang lamban belajar mengalami gangguan pada syaraf otaknya. Hanya saja cuma sedikit tanda cedera pada
otak. Sehingga para ahli tidak terlalu menganggap cedera otak sebagai penyebabnya, kecuali ahli syaraf membuktikan masalah ini.

c.      Pengorganisasian Berpikir
Siswa yang mengalami kelambanan atau kesulitan belajar akan mengalami kesulitan dalam menerima penjelasan tentang pelajaran. Salah satu
penyebabnya adalah karena tidak mampu mengorganisasikan cara berpikirnya secara baik dan sistematis. Jadi anak yang sulit membaca akan sulit pula
merasakan atau menyimpulkan apa yang dilihatnya.

d.     Kekurangan Gizi
Kekurangan gizi menjadi salah satu penyebab terjadinya kelambanan atau kesulitan belajar karena apabila pada awal pertumbuhan seorang anak
kekurangan gizi, maka keadaan itu akan mempengaruhi perkembangan syaraf utamanya sehingga menyebabkan kurang baik dalam proses belajarnya.

e.      Faktor Lingkungan
Gangguan yang disebabkan dari faktor lingkungan contohnya adalah kepedihan hati, tekanan keluarga, dan kesalahan pola asuh yang diterapkan kepada
anak. Sehingga lingkungan yang tidak menguntungkan dapat mempengaruhi proses belajar siswa.
Membantu Mengatasi Masalah Kesulitan Belajar

1. Berikan perintah yang terperinci. Karena anak – anak mengalami kesulitan belajar, guru perlu mengulang atau memberikan perintah baru ketika tahap
pelajaran berikutnya dimulai.

2. Gunakan semua indera pada saat mengajar. Jika perlu, tanyakan pada orangtua atau guru lainnya, indera mana yang potensial bagi anak untuk dapat
belajar dengan maksimal.

3. Sebisa mungkin jangan ada gangguan di dalam kelas, karena anak – anak ini mudah terganggu. Gambar – gambar, mainan, atau barang – barang
yang tidak diperlukan sangat berpeluang mengganggu konsentrasi mereka.

4. Sampaikan pelajaran dengan menggunakan contoh – contoh konkret. Anak yang mengalami kesulitan dalam belajar akan memahami maknanya jika ia
dapat melihat dan merasakan apa yang dijelaskan.

5. Memperhatikan beberapa anak yang mengalami kesulitan dalam belajar ini terlihat sangat aktif atau bahkan terlalu aktif. Maka kita harus berusaha
supaya anak ini terus berada di dekat kita. Kontak fisik seperti merangkul atau memegang pundak bisa meningkatkan perhatian mereka.

Sumber:
Conny Semiawan, A.S. Munandar, dan S.C.U. Munandar(1984). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah: Petunjuk Bagi
Guru dan Orangtua. Jakarta: Gramedia.
DePorter(2001). Quantum Learning. Bandung: Kaifa. Mohammad Asrori(2009). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana

Faktor Mempengaruhi Perubahan Kepribadian

Faktor yang mempengaruhi perubahan dan dinamika kepribadian seseorang di pengaruhi oleh banyak faktor. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya mengenai pengertian dari kepribadian di artikel sebelumnya (klik disini untuk membacanya), maka, meskipun mengalami perubahan, kepribadian merupakan karakteristik yang relatif stabil.
Dalam buku Psikologi Pendidikan oleh H. Jaali pada tahun 2007, perubahan dalam kepribadian tidak bisa terjadi secara spontan, tetapi merupakan hasil pengamatan, pengalaman, tekanan dari lingkungan sosial budaya, rentang usia dan faktor-faktor dari individu:
Pengalaman Awal
Sigmund Freud menekankan tentang pentingnya pengalaman awal  (masa kanak kanak) dalam perkembangan kepribadian. Trauma kelahiran, pemisahan dari ibu adalah pengalaman yang sulit dihapus dari ingatan.
Pengaruh Budaya
Dalam menerima budaya anak mengalami tekanan untuk mengembangkan pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan budayanya.
Kondisi Fisik
Kondisi fisik berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kepribadian seseorang. Kondisi tubuh meentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan seseorang. Secara tidak langsung seseorang akan merasakan tentang tubuhnya yang juga dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnya. Kondisi fisik yang mempengaruhi kepribadian antara lain adalah kelelahan, malnutrisi, gangguan fisik, penyakit menahun, dan gangguan kelenjar endokrin ke kelenjar tiroid (membuat gelisah, pemarah, hiperaktif, depresi, tidak puas, curiga, dan sebagainya).
Daya Tarik
Orang yang dinilai oleh lingkungannya menarik biasanya memiliki lebih banyak karakteristik kepribadian yang diinginkan dari pada orang yang dinilai kurang menarik, dan bagi mereka yang memiliki karakteristik menarik akan memperkuat sikap sosial yang menguntungkan.
Inteligensi
Perhatian lebih terhadap anak yang pandai dapat menjadikan ia sombong, dan anak yang kurang pandai merasa bodoh. Apabila berdekatan dengan orang yang pandai tersebut, dan tidak jarang memberikan perlakuan yang kurang baik.
Emosi
Ledakan emosional tanpa sebab yang tinggi dinali sebagai orang yang tidak matang. Penekanan ekspresi emosional membuat seseorang murung dan cenderung kasar, tidak mau bekerja sama dan sibuk sendiri.
Nama
Walaupun hanya sekedar nama, tetapi memiliki sedikit pengaruh terhadap konsep diri, namun pengaruh itu hanya terasa apabila anak menyadari bagaimana nama itu mempengaruhi orang yang berarti dalam hidupnya. Nama yang dipakai memanggil ,mereka (karena nama itu mempunyai asosiasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pikiran orang lain) akan mewarnai penilainya orang terhadap dirinya.
Keberhasilan dan Kegagalan
Keberhasilan dan kegagalan akan mempengaruhi konsep diri, kegagalan dapat merusak konsep diri, sedangkan keberhasilan akan menunjang konsep diri itu.
Penerimaan Sosial
Anak yang diterima dalam kelompok sosialnya dapat mengembangkan rasa percaya diri dan kepandaiannya. Sebaliknya anak yang tidak diterima dalam lingkungan sosialnya akan membenci orang lain, cemberut, dan mudah tersinggung.
Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak, sebab waktu terbanyak anak adalah keluarga dan di dalam keluarga itulah diletakkan sendi sendi dasar kepribadian.
Perubahan Fisik
Perubahan kepribadian dapat disebabkan oleh adanya perubahan kematangan fisik yang mengarah kepada perbaikan kepribadian. Akan tetapi, perubahan fisik yang mengarah pada klimakterium  dengan meningkatnya usia dianggap sebagai suatu kemunduran menuju ke arah yang lebih buruk.
Sebenarnya masih banyak lagi hal hal yang mempengaruhi kepribadian, tetapi tidak dapat seluruhnya disampaikan di sini mengingat keterbatasan keterbatasan yang ada.


Sunday 6 July 2014

Mengukur Kejayaan diBulan Ramadhan

"Tunjukkanlah kami jalan yang
lurus." (Al-Fatihah: 6)

Sepatutnya apabila kita menyedari
bahawa kita semakin menghampiri ke
penghujung Ramadhan, kita perlu
semakin berwaspada dengan bermacam-
macam ujian yang akan melalaikan kita
daripada meraih berkat dan merebut
rahmat Allah SWT.
Kerana itu, kita perlu sentiasa ingat
kembali matlamat yang ingin kita capai
dan raikan di malam pertama Syawal
daripada ibadat puasa kita selama
sebulan, iaitu memperoleh taqwa kepada
Allah ‘Azza wa Jalla.
Itulah yang diperingatkan oleh Allah SWT
di dalam kalam suci-Nya: “Wahai orang-
orang yang beriman! Kamu diwajibkan
berpuasa sebagaimana diwajibkan ke
atas orang-orang yang dahulu daripada
kamu, supaya kamu bertaqwa.” (Surah
Al-Baqarah, ayat: 183)
Untuk mencari kayu ukur ketakwaan
bukanlah sesuatu yang mudah. Tetapi,
ketakwaan di hati akan jelas terserlah
menerusi tingkah laku kita. Apakah
simptom-simptom mudah menunjukkan
hati kita sudah tersemai dan subur rasa
taqwa?
1 - Ibadat Fardu Dijaga, Ibadat Sunat
Tidak Terkecuali
Insan yang subur di hatinya rasa taqwa,
akan berasa takut dan gentar untuk
melawan dan mencabar perintah Allah
SWT. Dia akan berusaha sedaya upaya
menjaga solat lima waktunya, solat pada
awal waktunya, dan cuba menghadirkan
kekhusyukan di dalam solatnya.
Tidak mengapa andai khusyuk itu belum
jua datang, tetapi itu bukanlah menjadi
alasan untuknya berputus asa daripada
memburu kekhusyukan itu. Itulah
petanda hatinya punya keazaman mahu
menjadi kebanggaan Tuhannya.
Tidak cukup dengan ibadat yang fardu,
dia juga akan berusaha sedaya
upayanya untuk mengamalkan amalan-
amalan yang sunat. Dia merasakan
adanya kecacatan di dalam amalan
fardunya, maka dia ingin menutup
kecacatan tersebut dengan amalan sunat.
Tidak banyak pun tidak mengapa,
asalkan istiqamah dalam
mengamalkannya. Yang sedikit tetapi
istiqamah itu lebih baik daripada yang
banyak tetapi tidak berkekalan lama.
2 - Ujian di Pasar Raya
Antara simptom lain mekarnya taqwa di
dalam tapak semaian hati seseorang
insan ialah tatkala dia berada di pasar
raya. Biasanya di sinilah ramai manusia
kecundang dalam mengawal nafsunya,
petanda tarbiyyah Ramadhan sekalipun
tidak mampu memberikan impak kepada
nafsunya yang sudah lama ditarbiyyah
oleh Syaitan.
Insan yang bertaqwa hanya akan
membeli apa yang perlu, bukannya
tunduk mengikut arahan nafsu. Membeli
atas dasar meraikan sunnah Nabi SAW
untuk bergembira di hari ‘Aidul Fitr,
bukannya atas dasar berlumba siapa
yang paling cantik hiasan rumahnya.
Insan yang bertaqwa juga sedar di
pasarlah pergaulan di antara lelaki dan
wanita begitu tidak terkawal, ada banyak
jenis manusia dengan aneka pakaiannya
daripada yang anggun berseri hingga
yang tidak cukup kain umpama memakai
pakaian anak kecil. Insan yang bertaqwa
berusaha bersungguh-sungguh
mengawal dan menjaga pandangan
matanya, kerana yakin pandangan mata
itu salah satu panahan beracun Iblis.
3 - Ujian Akhlak
Seharusnya, di bulan yang mulia ini,
bukan sekadar perut dan syahwat sahaja
yang berpuasa, tetapi juga anggota
badan kita juga berpuasa. Rasulullah
SAW telah memberikan petunjuk secara
jelas kepada kita perihal orang yang
berpuasa menerusi sabdanya:
“Sesungguhnya puasa itu perisai. Maka
apabila seseorang dari kalangan kamu
berpuasa maka janganlah dia bercakap
perkara-perkara yang tidak baik, dan
janganlah melakukan perkara-perkara
fasiq, dan jangan bertindak seperti orang
yang jahil. Jika ada seseorang cuba
untuk memusuhinya atau memakinya
maka hendaklah berkata: Sesungguhnya
aku berpuasa.” (Hadis riwayat al-
Bukhari)
Kata Hujjatul Islam Al-Imam Al-Ghazali
rhm.: “Maka kesempurnaan puasa itu
adalah engkau menjaga seluruh
anggotamu daripada melakukan sesuatu
yang dibenci oleh Allah SWT.” (Bidayatul
Hidayah)
Adakah puasa kita di bulan Ramadhan
ini sudah memberi perubahan kepada
kita, daripada seorang yang becok
mulutnya dengan umpatan dan cacian
kepada lidah yang sentiasa dibasahi
dengan zikrullah? Daripada seorang yang
bermata keranjang, pantang ada sahaja
perempuan yang cantik pasti dilihatnya
menjadi seorang yang matanya basah
kerana menangis mengenangkan
dosanya yang bertimbun-timbun?
Belum lagi disentuh, adakah puasa kita
menjadi kita seorang yang boleh
mengawal kemarahan tatkala tangan
memegang stereng di jalan raya? Atau
masih kekal seperti dahulu, nampak
sahaja kereta dipandu perlahan di
hadapan mulut lancang berkata: “Ini
mesti perempuan yang bawak”, petanda
hati masih lagi gemar bersangka buruk
dan mudah dibakar emosi?
Ketiga-tiga simptom yang mudah ini,
andai belum wujud pada diri kita
sehingga ke hari ini, maka sewajarnya
kita merebut peluang-peluang terakhir di
akhir Ramadhan ini. Janganlah kita
tergolong di dalam golongan yang
disebut oleh Nabi SAW: “Berapa banyak
orang yang berpuasa, yang dia tidak
memperoleh apa-apa dari puasanya itu
selain dari lapar dan dahaga?” (Hadis
riwayat Ibnu Majah dan Ahmad)